INGREDIENTS #13
CURRY LEAVES
Orang menyebutnya daun
kari atau daun salam koja. Walaupun kurang populer di sebagian besar wilayah
Indonesia, daun kari banyak digunakan sebagai bumbu masakan di wilayah
Sumatera. Daun ini biasanya
dipakai sebagai bumbu di Aceh, dan sebagian wilayah Sumatera.
Pohon daun kari
biasanya tumbuh di pekarangan rumah. Bentuk daunnya hampir sama dengan daun salam,
namun berukuran lebih kecil dan baunya lebih tajam daripada daun salam. Bunga
dari tumbuhan ini berbau harum dengan buah berbentuk bulir berwarna ungu.
Beberapa jenis masakan
memang wajib menggunakan daun ini, seperti kari, laksa, masakan ayam tangkap
aceh, hingga gulai. Ayam tangkap atau ayam sampah merupakan makanan berupa ayam
goreng yang ditaburi dengan aneka daun rempah yang digoreng kering. Salah satu
daun rempah yang digunakan adalah daun kari atau salam koja.
Daun-daun rempah yang
digoreng garing ini bisa langsung dimakan beserta ayam goreng. Tidak
mengherankan jika banyak pencinta kuliner yang tertarik untuk menggunakan daun
kari ini dalam berbagai masakan. Daun ini mudah sekali layu dan aromanya akan
berkurang bila mengering, dan sebaiknya digunakan saat daun ini masih segar
usai dipetik. Meskipun banyak yang mengatakan aromanya langu, tapi begitu masuk
dalam masakan aromanya akan sangat menggoda.
Daun kari mengandung
banyak vitamin dan mineral alami seperti vitamin A, B, C, E, asam amino,
magnesium, serta asam folat, yang menjadikan rempah-rempah ini tinggi akan
manfaat kesehatan.
Menurut tim peneliti
dari Departemen Ilmu Biomedis, Fakultas Biomedik dan Kesehatan, Universitas
Metropolitan Asia Malaysia, sudah sejak zaman dahulu daun kari digunakan
masyarakat di India, sebagai obat selain sebagai rempah bumbu. Daun kari
dapat menyembuhkan gangguan disentri, nyeri ginjal, gangguan perut, dan morning
sickness.
Bahkan tim
peneliti dari Dept of Home Science, Bhilai Mahila Mahavidyalaya, Bhilai,
dan Dept Teknologi Pangan Universitas Pantnagar, Uttarakhand, India, menyebut
daun kari sebagai “tanaman ajaib”. Daun kari disebutkan banyak
mengandung obat-obatan, dan bersifat nutraseutikal, atau bersifat
fungsional (pangan yang memiliki gizi baik dan menunjang kesehatan, meliputi
produk segar utuh sampai produk olahan fortifikasi zat gizi dalam makanan
dan suplemen makanan).
Secara spesifik
nutraseutikal adalah pemberian nutrisi untuk mengatur fungsi biologis tubuh.
Dengan baiknya fungsi biologi, diharapkan tubuh akan mengobati sendiri segala
bentuk penyimpangan.
Pemerian Botani
Tumbuhan Daun Kari
Daun kari atau salam
koja dikutip dari usu.ac.id, merupakan daun majemuk dan bentuk daunnya
menyirip, dan termasuk dalam golongan famili Rutaceae. Tumbuhan daun kari
memiliki tinggi 0,9 hingga 6 meter dan berdiameter 15-40 cm.
Daun kari memiliki
aroma yang sangat khas dan rasa sedikit pahit. Bentuknya oval dengan ujung
runcing.
Tumbuhan ini dapat
tumbuh subur dalam iklim tropis, memiliki bunga kecil berwarna putih
kekuningan. Buahnya kecil berwarna hijau ketika masih muda, dan berubah ungu
setelah matang.
Tumbuhan ini berkembang
biak melalui biji benih dan turunannya tumbuh melalui akarnya. Tumbuhan daun
kari memiliki tangkai panjang, dan setiap tangkai berjumlah ganjil yaitu
terdiri atas 11-21 helai daun. Bunganya kecil dan berwarna putih, serta
memiliki buah yang berwarna cokelat kehitaman.
Batang daun kari
berwarna hijau gelap kecokelatan. Daun yang masih muda berwarna hijau muda dan
daun yang sudah tua berwarna hijau tua.
Di Indonesia, tumbuhan
daun kari biasanya dibudidayakan di Aceh sebagai daun aromatik dan digunakan
untuk penyedap alami dalam kari.
Tumbuhan ini berasal
dari Tarai, wilayah Uttar Pradesh, India. Saat ini daun kari banyak ditemukan
di seluruh bagian India. Daun ini juga dibudidayakan di India Selatan, Sri
Lanka, China, Australia, pulau-pulau pasifik, hingga Asia Tenggara. Tumbuhan
ini menyebar ke Indonesia dan Afrika Selatan oleh imigran Asia Selatan.
Daun kari memiliki nama
ilmiah Murraya koenigii (L.) Spreng. Dalam bahasa China disebut ma
jiao ye, dan dalam bahasa Inggris disebut curry leaves. Di Malaysia, dikenal
dengan nama garupillai. Di Indonesia, tumbuhan ini memiliki berbagai macam nama
daerah, seperti temurui (Aceh), sicerek (Maningkabau), ki becetah (Sunda).
Selain berperan penting
dikuliner, daun kari juga memiliki manfaat didunia pengobatan.
Manfaat Herbal Tanaman
Daun Kari:
Tanaman daun kari,
dikutip dari perkebunan.litbang.pertanian.go.id, secara tradisional telah
lama digunakan masyarakat sebagai bahan baku untuk formulasi obat tradisional.
Kandungan kimia yang terdapat di dalam daun kari banyak mengandung senyawa
kimia yang berkhasiat sebagai obat.
Daun kari mengandung
senyawa alkaloid, glikosida, saponin, flavonoid, juga berbagai mineral dan
mengandung minyak atsiri. Daun kari digunakan untuk pengobatan berbagai
penyakit, antara lain diabetes, anemia, kolesterol, darah tinggi, ginjal,
diare, antioksidan, antimikroba, dan kaya zat besi serta tonik.
Menurut Fachraniah dkk,
dari Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe , yang meneliti
ekstraksi antioksidan dari daun kari, daun itu mengandung banyak komponen yang
bermanfaat untuk kesehatan. Salah satu komponennya adalah antioksidan yang termasuk
dalam golongan senyawa protein polifenol.
Antioksidan bermanfaat
untuk menghambat aktivitas radikal bebas dan membantu proses pertumbuhan dalam
tubuh, serta mengganti sel-sel yang rusak. Dari hasil penelitian tersebut
ekstrak air daun kari memiliki manfaat untuk mengatasi anemia, menurunkan
kolesterol, mengobati diare dan mengatasi diabetes, karena mempunyai efek
sebagai antioksidan, antidiabetes, antimikroba, anti-inflamasi dan
antihiperkolesterolemia .
Source:http://www.satuharapan.com/read-detail/read/daun-kari-peneliti-india-menyebutnya-tanaman-ajaib
ADAS
Adas atau adas
pedas (Foeniculum vulgare Miller, suku adas-adasan atau Apiaceae)
telah lama dikenal sebagai tanaman bumbu atau tanaman obat. Minyak adas yang
dikandung biji tanaman ini merupakan salah satu komponen minyak telon.
Tanaman
ini dapat hidup di dataran rendah hingga ketinggan 1.800 meter di atas
permukaan laut, tetapi akan lebih baik jika tumbuh di dataran tinggi. Adas
berasal dari daerah Laut Tengah timur (Italia ke
timur hingga Suriah).
Karena manfaatnya, adas banyak ditanam di Indonesia, India, Argentina, dan
Jepang.
Tumbuhan herba ini memiliki
bau yang harum dengan tinggi tanaman 50 cm - 2 m, berwarna hijau terang, dan
tegak. Daun tumbuh hingga
40 sentimeter panjang,
berbentuk pita, dengan segmen terakhir dalam bentuk rambut,
kira-kira selebar 0,5mm. Bunga yang dihasilkan di ujung tangkai adalah bunga
majemuk yang berdiameter 5 hingga 15 cm. Setiap bagian umbel mempunyai 20-50
kuntum bunga kuning yang amat kecil pada pedikel-pedikel yang
pendek. Buahnya adalah biji kering dengan
panjang dari 4 hingga 9 milimeter, dan lebar separuh panjangnya, dan mempunyai
alur. Bijinya yang dikeringkan disebut biji adas.
Adas
menghasilkan minyak adas yang merupakan hasil sulingan serbuk buah adas yang
sudah masak dan kering. Ada dua macam minyak adas, manis dan pahit. Keduanya
digunakan dalam industri obat-obatan, Adas juga dipaka untuk bumbu, atau
digunakan sebagai bahan yang memperbaiki rasa (corrigentia saporis) dan
mengharumkan ramuan obat. Biasanya, ada digunakan bersama dengan kulit batang
pulosari, Daunnya bisa dimakan sebagai sayuran. Perbanyakan dengan biji atau
dengan memisahkan anak tanaman
Kandungan
Kimia:
Adas
mengandung minyak asiri (Oleum Foenuculi) 1- 6%, 50 -60% anetol, lebih kurang
20% fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren, metilchavikol, anisaldehid,
asam anisat, dan 12% minyak lemak. Kendungan anetol yang menyebabkan adas
mengeluarkan aroma khas dan berkhasiat karminatif. Agarnya mengantung
bergapten. Akar dan biji mengantung stigmasterin (serposterin).
Daun
adas menjadi sumber makanan larva beberapa spesies Lepidoptera,
seperti ngengat Amphipyra
tragopoginis dan Papilio zelicaon.
Adas
juga merupakan salah satu komoditi ekspor.
Khusus
untuk minyak atsiri sebagai bahan jamu dan bumbu masak, bedanya adalah di
bonggol yang keras dan bunganya berwarna putih kecil kecil dan biji sebesar
biji sawi,jenis ini rasanya pahit dan getar,tumbuh subur di ketinggian 1800.
Biasanya sering di gunakan sebagai tanaman pagar, perbanyakan dengan biji
batang dan anakan.
KACANG POLONG
Kacang
polong, atau ercis, merupakan salah satu komponen polong-polongan yang banyak
dijumpai di berbagai kuliner seperti nasi goreng, aneka sup, tumisan,
fuyunghai, dan beberapa merek camilan.
Ercis
memiliki warna hijau dengan ukuran biji yang lebih besar jika dibandingkan
dengan kacang hijau. Ercis berkerabat dekat dengan kacang kapri. Bahkan banyak
yang beranggapan kacang polong dan kapri menunjuk pada jenis kacang yang sama. Biji
ercis kaya karbohidrat serta protein, dan cepat membuat kenyang ketika dimakan.
Masakan
di Indonesia yang menggunakan ercis kebanyakan merupakan makanan dengan
pengaruh Eropa dan Tiongkok. Sup ercis, atau erwtensoep dalam bahasa Belanda,
merupakan sup yang memberikan sentuhan tempo doeloe bagi kalangan senior di
Indonesia.
Sejumlah
salad juga menggunakan kacang ini. Bijinya yang dikeringkan sering dijadikan
makanan kecil di Malaysia, Thailand, dan Taiwan. Masakan Turki, Arab, serta
Eropa Selatan juga banyak menggunakan ercis.
Di
Amerika Serikat, ercis adalah sumber protein nabati populer dan sering menjadi
makanan sehari-hari. Kacang polong biasa dijual dalam bentuk segar (dengan
polong) di pasar tradisional Eropa, namun sekarang banyak dijual dalam kemasan
di pasar swalayan, baik dalam kaleng (dengan pemanasan), dikeringkan, maupun
dibekukan. Pembekuan dianggap lebih baik karena mempertahankan kandungan gizi
di dalam biji ercis.
Departemen
Ilmu Gizi Universitas Toronto, Kanada, telah menguji efek protein kacang polong
pada asupan makanan, kadar glukosa, dan nafsu makan pada pria muda yang sehat.
Penambahan protein kacang polong, disebutkan tidak mengubah asupan makanan atau
nafsu makan, dan kadar glukosa darah subjek tetap lebih rendah dari biasanya.
Hal
itu menunjukkan protein kacang polong dapat dianggap sebagai bahan bernilai
tambah. Bila ditambahkan ke makanan lain, justru dapat memperbaiki kontrol
glikemik.
Tim
peneliti dari Food Science and Human Nutrition Department, Universitas Florida,
AS, dan Departemen Ilmu Pangan dan Bioproduk Universitas Saskatchewan,
Saskatoon, Kanada, juga mengkaji manfaat kesehatan kacang polong,
terutama berasal dari konsentrasi dan sifat pati, protein, serat, vitamin,
mineral, dan fitokimia pada kacang polong. Serat dari lapisan biji
berkontribusi terhadap fungsi pencernaan dan kesehatan. Kandungan amilosa pati
kacang polong juga memiliki indeks glikemik yang lebih rendah. Protein kacang
polong juga memiliki aktivitas antioksidan.
Morfologi
Kacang Polong
Kacang
polong atau ercis memiliki nama ilmiah Pisum sativum, L. Di
Indonesia Pisum sativum, L., dikenal dengan sebutan kacang kapri, kacang
polong, atau kacang ercis. Dikutip dari pintarsains.blogspot.co.id,
tanaman ini termasuk tanaman semusim yang berupa semak dan menjalar.
Secara
morfologi, kacang polong memiliki batang panjang, kecil dan ramping. Tipe
daunnya majemuk, menyirip dengan 2-3 anak pasang daun, berbentuk tandan yang
terdiri atas 1-2 bunga, kelopak berwarna hijau, terdiri atas 5 daun kelopak.
Daun mahkota berjumlah 5, berwarna putih, cokelat, atau merah muda. Benang sari
berjumlah sepuluh yang terbagi menjadi 2 berkas. Bakal buah terdiri atas 4-15
bakal biji.
Kacang
polong, menurut Wikipedia, termasuk suku polong-polongan atau Fabaceae.
Tumbuhan yang berasal dari Asia Kecil ini masih sejenis dengan kapri, dan
sering kali dicampuradukkan penamaannya.
Berbeda
dengan kapri, ercis atau kacang polong hanya dimakan bijinya dan hampir tidak
pernah dimakan dengan polongnya seperti kapri. Sejak ribuan tahun lalu, ercis
telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Namun, sekarang penggunaannya lebih
banyak sebagai sayuran atau pakan.
Penemuan
arkeologis paling awal dari kacang polong berasal dari era neolitikum akhir
Yunani, Suriah, Turki dan Yordania. Di Mesir, penemuan awal berasal di
daerah Delta Nil. Kacang itu juga hadir di Georgia pada abad ke-5 SM.
Di
zaman modern, kacang polong biasanya direbus atau dikukus, dengan memecah
dinding sel dan membuat rasa lebih manis dan nutrisi lebih banyak tersedia
secara hayati. Kacang segar sering dimakan dengan direbus dan dibumbui dengan
mentega atau spearmint sebagai lauk sayur. Biasa juga ditambahkan garam dan
merica saat menyajikan.
Kacang
polong segar juga digunakan dalam pai pot, salad, dan casserole. Di India,
kacang polong segar digunakan di berbagai hidangan seperti aloo matar (kentang
kari dengan kacang polong) atau paneer matar (keju paneer dengan kacang
polong).
Di
Jepang, Tiongkok, Taiwan dan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Thailand,
Filipina, dan Malaysia, kacang polong dipanggang dan diasinkan, dan dimakan
sebagai makanan ringan. Di Inggris, kacang polong kering kuning digunakan untuk
membuat puding pease (atau "bubur pease"), sajian tradisional. Di
Amerika Utara, hidangan tradisional yang sama adalah sup kacang polong split.
Sup
kacang polong dimakan di banyak belahan dunia lain, termasuk Eropa utara,
sebagian Eropa tengah, Rusia, Iran, Irak dan India. Di Yunani, Tunisia, Turki,
Siprus, dan bagian lain dari Mediterania, kacang polong dimasak dengan cara
direbus dengan domba dan kentang.
Di
Hungaria dan Serbia, sup kacang polong sering disajikan dengan pangsit dan
dibumbui dengan paprika panas. Di Inggris, kacang polong kering, rehidrasi dan
tumbuk, diasapi, dikenal masyarakat sebagai kacang polong lembek. Ini sangat
populer, awalnya di utara Inggris, tapi sekarang ada di mana-mana, dan terutama
sebagai iringan ikan dan keripik atau pai daging, terutama di toko ikan dan
keripik.
Manfaat
Herbal Kacang Polong:
Kacang
polong, dikutip dari theworldwidevegetables.weebly.com, mengandung
sejumlah besar polifenol pelindung kesehatan yang disebut coumestrol. Sebuah
studi di Mexico City menetapkan, Anda hanya membutuhkan 2 miligram per hari
fitonutrien ini untuk mencegah kanker perut, dan secangkir kacang polong
memiliki paling sedikit 10 miligram fitronutrien.
Menurut
Dr Draxe, dokter ahli nutrisi chiropractic, yang dikutip dari draxe.com,
protein kacang polong dapat menguatkan otot dan meningkatkan kesehatan jantung.
Komentar
Posting Komentar